لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pantai Panjang Bengklulu

HAMSTER

uy

I A S

"BELILAH MASA DEPAN MU DENGAN HARGA SEKARANG"

welcome mY bLog

who are interested please join
enjoy in my blog
thanks you

san_akbar

san_akbar
"Jika melakukan sesuatu demi uang, kamu akan menemui banyak kesulitan untuk menjual. Namun lakukan apa yang kamu sukai, maka uang akan mengikuti kamu,"

san fhoto

appLe macbookair

appLe macbookair
my tech

i pad

i pad

i pad apple mini II

i pad apple mini II
Gadget

sAn

sAn

rEd apple

rEd apple
macbookair

Honda ALL JAZZ

Honda ALL JAZZ

New Jazz

New Jazz

iwak lele

iwak lele

Lencana Facebook

Kamis, 03 Juli 2014

Hukum Dan Cara Mewarnai Rambut Yang Benar Menurut Islam

Hukum Dan Cara Mewarnai Rambut Yang Benar Menurut Islam. Saat ini banyak sekali kita temui orang-orang di sekitar kita yang mewarnai atau menyemir rambutnya. Entah dengan warna hitam maupun warna yang lain. Alasannya pun bermacam-macam. Yang tua diwarnai hitamagar kelihatan muda, yang muda diwarnai merah atau kuning agak kelihatan ‘ gaya ’.

Bagaimana sebenarnya hukum mewarnai rambut seperti itu? Baiklah sebelum kita membahas hukumnya, kita ketahui dulu sejarah lahirnya hukum tersebut dimulai dari sejarah mewarnai rambut itu sendiri.

Sejarah Mewarnai Rambut
Permulaan hukum mewarnai rambut ini dimulai saat zaman Rasulullah di mana beliau telah meminta Abu Quhaafah, Ayah dari Abu Bakar al-Siddiq untuk mewarnai rambut dan janggutnya yang berwarna putihtetapi menjauhi warna hitam.

Ini berarti warna hitam tidak bisa digunakan, warna yang sesuai adalah warna inai yang kekuningan. Ini karena warna hitam akan menyebabkan Abu Quhaafah yang tersangat tua itu akan menjadi muda. Di sini ada penipuan usia dalam Islam.

Islam adalah agama yang mementingkan kebersihan dan keindahan. Ini sesuai dengan sabda nabi SAW yang artinya:"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan dan Diabersih dan menyukai kebersihan".

Dengan demikian, perbuatan mewarnai rambut selain warna hitam adalah harus dengan syarat pewarna tersebut tidak mengandung bahan-bahan najis dan tidak menghalangi air sampai ke rambut tersebut.

Lalu bagaimana hukum dan cara mewarnai rambut dalam Islam? Berikut ini beberapa rangkumannya:

1. Mewarnakan rambut
Mewarnai rambut dengan inai (daun pacar) tidak salah dan dibenarkan Islam sebagaimana fatwa Yusuf Qardawi: "Sebagian dari hal yang termasuk dalam masalah perhiasan adalah mewarnai rambut dan jenggot yang telah beruban. Telah datangsatu riwayat yang memperjelas bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani enggan mewarnai rambut dan mengubahnya, dengan beranggapan, diantaranya berhias dan mempercantik diri itu dapat menghilangkan arti peribadatan dalam agama. Sebagaimana yang dilakukan oleh para rahib dan ahli zuhud yang bersikap berlebihan ".

2. Warna rambut yang diizinkan untuk orang tua
Tidak dibenarkan menggunakan warna hitam untuk mewarnakanrambut yang telah beruban. Sabda Rasulullah SAW kepada Abu Qufahah yang beruban rambutnya "Ubahlah ini (uban) tetapi jauhilah warna hitam" (HR Muslim).

3. Warna rambut yang diizinkan untuk orang muda
Orang-orang yang lebih muda dari Abu Qufahah, tidak berdosa mewarnai rambut dengan warnahitam. Dalam masalah ini al-Zuhri berkata "Kami mewarnai rambut dengan warna hitam saat wajah masih terlihat muda, tetapi ketikawajah telah keriput dan gigi telah goyang, kami tinggalkan warna hitam" (Fathul Bari).

4. Bahan untuk pewarna rambut
"Sebaik-baik bahan yang digunakan untuk mewarnai rambut yang beruban adalah pohon inai (daun pacar) dan katam" (HR Tirmidzi & Ashabussunan). Katam adalah sejenis pohon yang tumbuh di Yaman yang mengeluarkan pewarna berwarna hitam kemerah-merahan.

5. Pewarna komersial
Produk apapun dapat digunakanselagi ia bebas dari najis dan tidak menghalangi air untuk sampai ke anggota wudhu atau ketika mandi hadas.

Penggunaan pewarna rambut untuk tujuan mewarna harus memenuhi tiga persyaratan yaitu:

- Bisa menyerap air sehingga air wudhu dan mandi wajib sah.
- Tidak mengandung bahan yangberbahaya pada kulit
- Bahan tidak bercampur dengannajis.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa yang mewarnakan rambutnya dengan warna hitam, niscaya Allah akan menghitamkan wajahnya di akhirat" (Al-Haithami, demikian Ibnu Hajar berkata seorang perawinya agak lemah, tetapi rawi tersebut diterima oleh Imam Yahya Mai'en dan Imam Ahmad ).

Kesimpulan:

a) Hadis larangan adalah menujukan kepada larangan penipuan umur yang tua akibat tua dan uban maka dihitamkan untuk terlihat lebih muda. Baik dari kalangan pria maupun perempuan. Itu dilarang oleh Islam.

b) Adapun hadis yang mengharuskan adanya pewarnaan itu adalah dalam kondisi dan sebab-sebab yang diakui oleh syariah, seperti dalamkondisi perang untuk menakuti musuh, ataupun tidak mengandung unsur penipuan, seperti merawat penyakit dan lain-lain.



لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

Mari Terbitkan Surga di Beranda Rumah Kita, Dinda

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد
 
  “Kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?”
*****

>>Saat itu. . . 

Aku sudah mengenalmu karena memang engkau adalah tetangga dekatku. Olehku, benar-benar tak terbayang bahwa engkau kan menjadi kekasih hatiku yang terajut oleh untaian tali pernikahan. Jujur terakui, wajahmu tak terlalu cantik. Namun begitu, sulit pula bagi lidahku untuk kututurkan bahwa engkau jelek rupa. Biasa saja. Bagimu, make-up tak begitu penting. Itu kuketahui karena engkau memang tak pernah memoleskannya di wajahmu.

>>Aku dan Keputusanku …


Engkau adalah wanita sederhana. Iya, wanita sederhana, pintar, tak banyak bicara. Engkaulah wanita yang bersahaja. Terlihat dewasa, pula. Kesederhanaan dan kesahajaan yang engkau peragakan lah yang justru
terasa mengusik hati ini. Benar, tak bisa kupungkiri. Tak bisa kututupi. Akhirnya, nyaliku terpercik hebat lalu menghujankan sebuah keputusan. Kupilih engkau menjadi permaisuriku.

>>Sejenak Tentangmu …


Engkau, dinda, bukanlah keturunan orang berpangkat, juga bukan keturunan ningrat. Aku tak peduli. Raga yang terbalut kain-kain penutup aurat dan jiwa yang terpaut akhirat yang kuingini. Terlebihi terpolesi ilmu syar’i. Tekadku sudah bulat. Kupinang engkau dalam waktu dekat.

Engkau, dinda, saat itu baru lulus SMA. Tak kusangka kalau engkau menerima lamaranku dengan tangan terbuka. Bahkan untuk menerimaku, engkau pangkas keinginanmu mencicipi bangku kuliah. Semua gurumu begitu menyayangkan keputusanmu karena engkau termasuk siswa yang cerdas. Aku tak tahu, mengapa engkau memilihku menjadi pangeran yang akan menduduki singgasana hatimu, dinda. Sujud syukurku pada Allah ‘azzawajallah. Alhamdulillah.

>>Percikan Bahagia di Hari Pernikahan…


Dan hari itu pun kita menikah. Terbitlah kebahagiaan yang menyelimuti sanubari. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati.

Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?
Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?
Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati.



>>Aku Begitu Kagum. . .


Semua terasa mudah dan indah, dinda. Engkaupun merasakan hal yang sama, bukan? Saat itu, usiaku 25 tahun dan engkau baru 19 tahun. Memang masih terlalu muda untuk kalangan umum namun engkau berani mengambil keputusan itu. Engkau berani mengakhiri masa lajangmu di usia dini. Dan tahukah engkau, dinda, itu membuatku semakin kagum padamu.

Dinda tersayang.

Semenjak menikah hingga saat ini, kekagumanku padamu terpupuk subur. Kudapati engkau belum pernah mengeluh tentang keadaan yang kita alami bersama. Padahal engkau sendiri tahu bahwa penghasilanku tak seberapa, kadangkala tak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Begitu sering kita harus mengikis beberapa keinginan karena kita tak sanggup menggapainya. Benar-benar tak pernah terlihat kristal bening menetes dari pelupuk matamu karena hal itu, dinda.




>>Tetesan Air Mata di Kasur Cinta ..


Masih teringatkah olehmu, dinda, saat pertama kali kita arungi bahtera ini di sebuah kontrakan mungil? Sama sekali kita tak punya apa-apa, bahkan alas tidur pun tak ada. Tetapi engkau benar-benar membuktikan kecerdikanmu, dinda.

Seonggok pakaian kita yang masih tersimpan dalam tas usang, kau keluarkan. Engkaupun melipatnya lalu engkau tumpuk dua hingga tiga helai. Engkau kemudian mengaturnya berjejeran. Di atas barisan baju itu, engkau bentangkan jilbab lebarmu. Jadilah kasur cinta ala istriku terkasih.

Sambil menyungging senyum manismu, engkau mempersilahkan aku mengempukkan diri di kasur cinta kita. Kutatap wajah ayumu, dinda. Kufokuskan mataku memandang hitam bola matamu sambil membalasmu dengan senyumku. Beberapa detik kemudian, kurasakan getaran hebat berkecamuk di hati. Dan, dan, dan berlinanglah air mata haruku. Aku cinta. Aku cinta. Aku mencintaimu, dinda.

>>Saatnya Engkau Melahirkan ..


Bersamamu, wahai permaisuri hatiku, tak terasa begitu cepat bergulirnya waktu. Dengan penuh kasih, selalu indah nan syahdu terlalui hari-hari, dinda. Kekurangan materi yang terkadang menghantui seakan-akan bukanlah beban manakala kita senantiasa menebalkan keikhlasan di hati. Denganmu, dinda, begitu banyak pelajaran yang kupetik.

Masih ingatkah ketika usia pernikahan kita beranjak setahun, saat tujuh bulan usia kehamilanmu, dinda? Aku begitu panik ketika engkau mengalami pendarahan. Tapi engkau begitu tenang tak gugup. Dari keningmu yang berkerut dan nafasmu yang tertahan, aku tahu engkau sedang menahan sakit yang luar biasa. Segera saja kubawa engkau ke bidan. Dari pemeriksaannya, itu adalah tanda-tanda bahwa engkau akan melahirkan.
Jam 12 malam, saat manusia tengah asyik terlelap, anak pertama kita lahir dengan prematur. Ah, betapa aku bahagia, dinda. Berulang kali, kukecup keningmu dengan kecupan sayang penuh mesra.
>>Segelas Air Putih..

Aku melihat wajahmu melemas. Engkau begitu lelah. Secara perlahan, kau bisiki aku dengan berkata:
“abii…, aku lapeer.”

Tersentak aku mendengarnya, dinda. Ya, seharian tadi engkau tak makan karena kesakitan sejak kemarin. Sore tadi aku hanya membeli sebungkus roti untukmu namun sudah kulahap habis karena tadi engkau tak nafsu makan. Kini tak ada roti atau jajanan lain. Mau beli, jam segini semua toko dan warung sudah tutup.
Alhamdulillah, ada segelas air putih yang dibawakan bidan. Kusuguhkan sendiri untukmu agar kemesraan kita tetap terjalin dan barangkali letihmu akan terkikis. Perlahan, engkau pun meneguknya, dinda. Tak ada tuntutan dan keluhan sedikit pun yang terlontar dari lisanmu. Engkau sungguh mengagumkan, dinda. Aku memuji Allah atas anugerah ini.

Kesahajaanmu benar-benar menggelombangkan air mataku. Melihat semburat bahagia terbit di wajahmu, kembali kurasakan tetesan bening bak kristal itu mengalir syahdu dari pelupuk mataku. Seiring menyusuri lembah hidungku, kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?

Yah, bayi yang menjadi permata hati kita yan selamat dan nampak sehat telah membuatmu lupakan lapar dan dahaga.

>>Engkaulah Penyejuk Hati..


Tahun berganti dan engkau tak pernah berubah. Hampir sepuluh tahun kita bersama dalam bahtera yang penuh dengan kesederhanaan tetapi kita tak pernah lontarkan keluh. Engkau tak pernah tuntut dunia dariku, dinda. Tak pernah minta ini. Tak pernah minta itu. Beli pakaian saja mungkin tiga atau empat tahun sekali. Perhiasan? Tak pernah engkau mengenalnya. Bagimu, bisa memenuhi kebutuhan saja tanpa berhutang sudah lebih dari cukup.


Sungguh, dinda. Aku amat bahagia mengenalmu sosokmu. Aku memuji Allah atas anugerah ini. Engkaulah permata sekaligus belahan jiwa yang menyejukkan hati. Mata akan teduh memandangmu. Engkaulah sebenarnya perhiasan itu, dinda. Semoga engkau selalu tegar menemani hari-hariku hingga kita jelang negeri penuh cinta nan abadi di akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar